Kenali Penyakit / Cedera Saat Mendaki

Kenali Penyakit / Cedera Saat Mendaki

Di gunung, setiap orang berpeluang menderita sakit atau cedera yang kadang datang begitu saja tanpa disangka-sangka sebelumnya. Mulai dari yang ringan, sedang, sampai yang berat. Untuk mengetahui seperti apa sajakah penyakit dan cedera yang bakal kita hadapi selama masa pendakian berlangsung? Berikut adalah jenis cedera yang bisa kamu perhatikan :

  • Lelah.

sumber : ihei.wordpress.com
sumber : ihei.wordpress.com

Dalam kegiatan petualangan yang namanya kelelahan itu sangatlah wajar. Siapa pun pasti akan merasakannya, entah cepat atau lambat. Selain karena medan yang berat, lelah juga bisa terjadi lantaran jarak tempuh yang teramat jauh, kurang makan, kurang tidur, kurang berolahraga, atau kurang darah. Bila ini terjadi saat trekking, istirahatlah sejenak untuk mengembalikan tenaga yang hilang. Selain itu, cobalah mengkonsumsi makan-makanan yang manis semisal coklat, madu, permen, atau buah pisang. Sementara bagi kalian yang menderita anemia, jangan lupa membawa dan mengkonsumsi vitamin atau suplemen makanan penambah darah yang banyak tersedia di toko-toko obat (apotik).

  • Kram

sumber : biosirgis.org
sumber : biosirgis.org

Ini adalah kondisi kelumpuhan otot sementara. Penyebab paling umum yang dapat memicu terjadinya kram selama proses pendakian berlangsung, biasanya cuma 2, yaitu; berkurangnya cairan di dalam tubuh kita (dehidrasi), dan terjadinya akumulasi kontraksi pada otot yang dipaksakan bekerja. Kram Betis (strained calves) dirasakan seperti terbakar, tidak ada tenaga dan kram pada otot betis. Hal ini diakibatkan saat mendaki tanjakan berbatu yang mengharuskan kita memanjat dengan menaikkan kaki satu persatu sehingga beban tertumpu hanya pada betis , bukannya pada otot paha dan pantat. Jika mengalaminya saat mendaki, kita harus istirahat, letakkan kaki yang sakit lebih tinggi dari jantung, dan pijat untuk melemaskannya. Untuk mencegah, sebelum mendaki kita harus melatih otot paha dan otot pantat kita sehingga otot tersebut bisa jadi tumpuan saat menanjak manjat.

Untuk menghindarinya, minum dan istirahatlah secukupnya setiap interval jarak tertentu. Sambil beristirahat, lakukan peregangan (stretching) agar otot kembali bugar. Kurangi kecepatan langkah kalian bila dirasa perlu. Lebih lama sampai di shelter/pos/camp site, tak mengapa, yang penting semuanya lancar jaya.

  • Salah urat (Whiplash)

sumber : www.nandaabiz.com
sumber : www.nandaabiz.com

Di dunia kedokteran istilah salah urat merujuk pada cedera leher akibat adanya gerakan mendadak yang memaksa otot/urat leher meregang di luar batas normal. Sesuai dengan namanya dalam bahasa Inggris, whip berarti cambuk, dan lash berarti lecutan atau kibasan. Jadi, secara harfiah, whiplash berarti cedera akibat gerakan mendadak yang dialami bagian kepala dan leher.

Saat pendakian, walau kepala dan leher kita tidak harus bergerak mendadak seperti lecutan cambuk untuk mengalami cedera tersebut, efek yang ditimbulkan dari membawa beban berlebih di punggung, dalam jangka panjang akan sama saja, yaitu tertariknya urat-urat leher kita. Gejala yang paling gampang dikenali, biasanya kepala pusing atau leher terasa sakit saat digerakkan selain ke arah depan. Bila ini terjadi, segeralah beristirahat. Letakkan beban bawaan seperti keril, tenda, dan lainnya, agar darah di sekitar pundak dan leher kembali mengalir normal.

  • Keseleo atau Terkilir (Sprain)

sumber : www.botanicabizspa.com
sumber : www.botanicabizspa.com

Karena yang terdampak adalah otot-otot juga, saya yakin, masih banyak dari kita yang menganggap sama antara maksud “salah urat” dengan ‘terkilir.’ Padahal tidak demikian adanya. Cedera pergelangan kaki (Rolled ankle) ini berupa rasa sakit dan bengkak pada pergelangan kaki, meski kita tidak menyadari kalau kita keseleo selama perjalanan. Cedera ini disebabkan jika otot betis ke bawah kurang kuat sehingga tidak memberikan kestabilan pada pergelangan kaki saat berjalan di tempat yang tidak rata seperti berbatu atau tanah. Untuk pencegahannya latih keseimbangan satu kaki dengan membawa beban untuk memperkuat otot kaki bawah kita termasuk pergelangan kaki. Pada kasus kita, persendian yang dimaksud tentu saja persendian kaki. Gejala yang terasa seperti misalnya; rasa sakit, pembengkakan, memar, atau kesulitan menggerakkan bagian tubuh yang terdampak.

Untuk mengatasinya, kalian harus segera melepas keril, mengistirahatkan kaki dan mengangkatnya lebih tinggi dari bagian tubuh untuk mengurangi pembengkakan. Bila tersedia, gunakan Pain/Strain Relief Spray seperti yang biasa digunakan oleh paramedis dalam setiap pertandingan olahraga.

  • Mabuk Gunung

sumber : www.aconcaguatreks.co.uk
sumber : www.aconcaguatreks.co.uk

Ada tiga jenis mabuk gunung, yaitu AMS, HAPE, dan HACE :

a. Acute Mountain Sickness (AMS)

Sering disebut juga dengan Altitude Sickness, umumnya disebabkan oleh kurangnya proses adaptasi (aklimatisasi) seseorang terhadap rendahnya kadar oksigen di ketinggian. Akibat penderita akan mengalami gejala yang paling umum yaitu pusingi. Pusing ini biasanya akan muncul pada ketinggian 2,400 meter di atas permukaan laut (mdpl). Semakin tinggi gunung yang didaki, semakin tinggi pula peluang seseorang mengalaminya.

Seseorang baru bisa dikatakan menderita penyakit ketinggian (AMS) jika pusing yang dialaminya menyertai 1 atau lebih gejala, seperti; mual, muntah, kurang nafsu makan, lemah, mimisan, sesak napas, insomnia, hyperventilation (bernapas secara pendek, berlebihan, dan dalam), atau sempoyongan. Banyak cara untuk mengatasi gejala AMS ini, di antaranya yaitu; mendaki secara perlahan, hindari konsumsi alkohol, minum yang banyak, hentikan pendakian bila penyakitnya bertambah parah, dan segera turun setidaknya 500-1,500 meter lebih rendah dari posisi ia berada.

b. High Altitude Cerebral Edema (HACE)

HACE (High Altitude Cerebral Edema) merupakan perkembangan lanjut dari AMS. . HACE memang sangat jarang terjadi pada ketinggian di bawah 2,700 mdpl. Kasus HACE sering mengancam pada skala elevasi Very High (3.600-5.500 mdpl) dan lebih sering pada Extremely High (>5.500 mdpl). Pendaki yang sudah mengalami AMS  tetapi ia terus menambah ketinggian pada waktu yang cepat pada ketinggian berapapun ia akan tetap mudah terkena HACE. Rasa letih yang jauh lebih parah, biasanya dialami penderita HACE. Selain gejala-gejala AMS, gejala lain yang mungkin kelihatan pada penderita HACE adalah:

* Kehilangan koordinasi gerakan, sempoyongan bila berjalan
* Kebingungan, irasional
* Mengalami halusinasi
* Meracau
* Lunglai, dan pada keadaan yang paling parah mengalami koma

Lebih dari lima puluh persen penderita HACE yang sampai mengalami koma, akhirnya tewas. Sementara yang berhasil bertahan, kebanyakan mengalami cedera otak permanen yang menyebabkan ketidaknormalan kondisi mental atau kekacauan koordinasi motorik. Kalau mendapatkan penanganan yang pas, jangan takut, asal belum sampai mengalami koma, penderita bisa pulih total.

Sumber :

https://simplyindonesia.wordpress.com/2014/09/30/tips-mendaki-gunung-untuk-pemula/

http://www.kaskus.co.id/thread/513aaab5552acf0667000003/cedera-otot-yang-umum-terjadi-selama-pendakian/1

http://beemountain-adventure.blogspot.co.id/2009/02/gejala-penyakit-yang-sering-terjadi-di.html