Info-info Pendakian yang Perlu Kamu Dapatkan Sebelum Mendaki

Info-info Pendakian yang Perlu Kamu Dapatkan

Jika kita mendaki, berarti kita mendatangi lokasi yang berdekatan dengan alam dan tentu berbeda dengan lokasi yang kamu tempati sehari-hari. Berikut adalah info pendakian yang bisa kamu dapatkan sebelum kamu mulai untuk mendaki :

  • Sumber air

sumber : aklahat.wordpress.com
sumber : aklahat.wordpress.com

 

Setiap gunung memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri. Ada yang berkelimpahan sumber air (seperti; Gunung Semeru, Gunung Gede Pangrango, Gunung Papandayan, dan Gunung Rinjani), ada pula yang tidak memiliki sumber air sama sekali (seperti; Gunung Merapi dan Gunung Cikuray). Ketahuilah status ketersediaan sumber air pada gunung yang akan kalian daki. Dalam kegiatan petualangan alam liar, air termasuk dalam salah satu komponen vital. Kekurangan air bisa menyebabkan dehidrasi, dan pada level yang lebih tinggi lagi, ia berpotensi membahayakan nyawa. Perlu dicatat bahwa semakin dingin suhu gunung yang didaki, semakin cepat pula proses dehidrasi yang akan kalian alami. Karenanya, mengkonsultasikan volume kebutuhan air kepada pendaki-pendaki yang lebih senior atau ranger gunung setempat adalah perbuatan bijak.

  • Status Gunung

sumber : artisibukoota.blogspot.com
sumber : artisibukoota.blogspot.com

 

Terkadang kita mendaki gunung tanpa mengetahui status sebuah gunung. Ini tentunya sangat berbahaya. Setiap gunung memiliki status yang menunjukkan kondisi gunung tersebut. Status gunung ini juga merupakan gambaran seberapa besar potensi bahaya gunung tersebut jika didaki. Status gunung ini ditetapkan oleh badan yang berwenang di sebuah negara. Status gunung dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar:

 

  • Daftar ISI

    Siaga

    Status Siaga menandakan bahwa gunung sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana, peningkatan intensif kegiatan seismik, semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana. Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu. Jangan mendaki gunung pada kondisi Status Siaga.

  • Waspada

    Status Waspada berarti menunjukkan adanya aktivitas gunung apapun bentuknya, terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal, peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya serta terjadinya sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal.

  • Normal

    Status Normal menunjukkan bahwa tidak ada gejala aktivitas tekanan magma dan gunung berada pada level aktivitas dasar.

 

  • Prakiraan cuaca

sumber : rovicky.wordpress.com
sumber : rovicky.wordpress.com

 

Berdasarkan pengalaman pribadi, cuaca di gunung itu cenderung tidak bisa diprediksi. Walau misalnya, sekarang sedang musim hujan, belum tentu saat kita naik gunung nanti juga akan hujan. Bisa saja, sepanjang berhari-hari masa pendakian, cuacanya malah cerah secerah-cerahnya. Begitu pun sebaliknya. Maka jangan heran bila suatu saat nanti, kalian bertemu dengan pendaki yang baru turun gunung dan mereka mengatakan diguyur hujan selama berada “di atas,” tapi setelah kalian mendaki selama beberapa hari, malah tak ada hujan sama sekali. Jadi, menurut istilah saya, gunung itu seperti ‘memiliki’ prakiraan cuacanya sendiri.  Namun demikian, potensi hujan, cerah, badai, atau berkabut itu memang lebih berpeluang terjadi di musim yang bersangkutan. Rasionya berkisar antara 75:25, 85:15, sampai 100:0.

  • Status Gunung Aktif dan Tidak Aktif

sumber : artikelbandem.blogspot.com
sumber : artikelbandem.blogspot.com

 

Kondisi gunung ada bermacam-macam, ada yang aktif dan ada yang tidak aktif atau dikatakan mati. Gunung yang aktif ada yang mengalami erupsi dan ada yang sedang dalam keadaan istirahat. Gunung aktif yang sedang dalam keadaan istirahat ini bisa sewaktu-waktu mengalami erupsi. Sementara gunung yang tidak aktif atau mati adalah gunung yang sudah tidak pernah mengalami erupsi setidaknya dalam 10 ribu tahun terakhir. Dengan mengetahui hal ini kita akan lebih mawas diri sebelum mendaki gunung. Gunung yang aktif cenderung menunjukkan lebih banyak aktivitas fisik dibandingkan gunung yang tidak aktif sehingga perlu kewaspadaan lebih saat mendakinya.

  • Peta topografi (peta kontur)

sumber : id.wikipedia.org
sumber : id.wikipedia.org

 

Banyak pendaki Indonesia menganggap peta kontur “tidaklah terlalu penting.” Alasannya sederhana yaitu pertama, jalur pendakian yang ada umumnya sudah sangat jelas karena memang sering dilalui. Kedua, kalau pun jalurnya sulit, toh masih bisa mengandalkan guide atau teman-teman yang lebih senior atau lebih dahulu datang ke gunung bersangkutan. Dan yang ketiga, selain peta kontur ini biasanya sulit didapat, harganya pun relatif mahal. Untuk gunung-gunung yang sering didaki dan memiliki trek serta papan petunjuk yang jelas, bagian “Peta Topografi” bisa kalian lewati. Namun untuk gunung-gunung yang jarang didaki, sebisa mungkin, usahakanlah membawa, menggunakan, dan mempelajarinya. Karena peta ini bisa jadi penolong bilamana tersesat. Tentu, sebelum bisa membaca peta topografi, kalian diharuskan mempelajari materi navigasi. Tapi begitu dikuasai dan dibutuhkan, kemampuan ini bisa menyelamatkan nyawa banyak orang termasuk diri kalian.

  • Pos/shelter

sumber : madurejo.wordpress.com
sumber : madurejo.wordpress.com

 

Carilah informasi terkait jarak antar pos/shelter, elevasi, perkiraan lama perjalanan antar masing-masing pos tersebut, serta di pos/shelter mana saja kalian bisa/boleh mendirikan tenda. Tujuannya, tentu untuk menyusun strategi pendakian terbaik agar berkesesuaian dengan kemampuan seluruh anggota tim.

  • Posisi Terbaik Mendirikan Tenda

sumber : utancamp.blogspot.com
sumber : utancamp.blogspot.com

 

Penting bagi kita untuk mencari tahu kira-kira dimana tempat-tempat terbaik untuk mendirikan tenda. Pertimbangkan hal-hal berikut dalam mendirikan tenda:

  1. Sebisa mungkin hindari mendirikan tenda di posisi-posisi yang berpotensi sebagai tempat jatuhnya pohon. Kalaupun terdapat pohon, perhatikan dengan baik kondisi pohon-pohon disekitar tempat anda mendirikan tenda.
  2. Sebisa mungkin hindari mendirikan tenda di area-area yang sangat terbuka dimana berpotensi terjadinya badai, angin kencang. Badai besar tentunya akan menghantam-hantam tenda yang kita tempati.
  3. Tentunya akan lebih baik jika seandainya kita mendirikan tenda di area yang cukup luas.
  4. Perhatikan kondisi lereng atau tanah di tempat anda mendirikan tenda. Waspadai dan hindari mendirikan tenda di area-area yang rentan terhadap kemungkinan longsor.
  • Jadwal buka dan tutup gunung

sumber : academyofdancearts.org
sumber : academyofdancearts.org

 

Berdasarkan pengalaman, jadwal buka dan tutup gunung ini paling sering disebabkan karena 3 hal, yaitu; pertama. Cuaca buruk. Kedua. Gunung bersangkutan menunjukkan gejala aktifitas kegunung-apian yang dianggap dapat membahayakan pengunjung. Dan yang ketiga. Gunung bersangkutan tengah dijadwalkan untuk proses rehabilitasi dan recovery.

  • Pengalaman pendaki senior

sumber : www.dailymail.co.uk
sumber : www.dailymail.co.uk

 

Walau faktor usia kadang sering menentukan rentang pengalaman mendaki seseorang, namun di dunia petualangan, tak jarang, ia overlapping dengan level pengalaman. Galilah informasi dari mereka-mereka yang sudah pernah, minimal satu kali, mendaki gunung yang hendak kalian tuju. Bila tak ada satu pun teman yang pernah ke sana, kalian bisa memanfaatkan blog, situs, atau forum-forum petualangan yang banyak tersebar di internet.

  • Nomor-nomor telepon penting

sumber : academyofdancearts.org
sumber : academyofdancearts.org

 

Di antara semua poin yang ada, mungkin cuma poin ini saja yang paling absurd. Karena kita wajib menyediakannya, namun sangat tidak dianjurkan menggunakannya. Sebab, bila sampai menggunakannya, artinya kita sedang ‘celaka.’ Catat dan simpanlah nomor-nomor telepon penting, seperti; Search and Rescue (SAR), ranger/volunteer/kelompok pecinta alam setempat, rumah sakit terdekat, dan pihak-pihak berwenang lainnya. Buat beberapa kopi, dan bagikan kepada masing-masing peserta, sehingga bila sesuatu yang buruk terjadi, semua peserta memiliki informasi, dan tahu harus menghubungi siapa.

  • Peraturan yang berlaku

sumber : www.autumn-harvest.si
sumber : www.autumn-harvest.si

 

Setiap gunung memiliki peraturannya (larangan dan anjuran) sendiri-sendiri yang harus ditaati. Mulai dari cara booking/registrasi pendakian (online dan/atau offline) hingga prosedur pendakian, Tujuannya, selain untuk menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dari pihak-pihak yang terlibat, juga menjaga kelestarian alam tempat mereka berkegiatan. Peraturan ini sendiri terbagi dua; tertulis, dan tidak tertulis. Yang tertulis biasanya berupa peraturan resmi yang memang dikeluarkan oleh pihak pengelola gunung bersangkutan. Sementara peraturan tidak tertulis—walau tidak mesti—umumnya lebih banyak melibatkan unsur-unsur klenik/mistis.

  • Tragedi Atau Kecelakaan Yang Pernah Terjadi Di Gunung

sumber : www.mataram.basarnas.go.id
sumber : www.mataram.basarnas.go.id

 

Banyak sudah tragedi atau kecelakaan yang terjadi di gunung. Sebelum mendaki gunung, carilah informasi tragedi atau kecelakaan apa saja yang pernah dialami pendaki di gunung yang hendak anda daki. Di gunung tertentu biasanya ada saja sebuah kejadian yang mungkin sering mengakibatkan pendaki mengalami kecelakaan. Sebagai contoh, jika kita mendaki Gunung Semeru, salah satu hal yang sering menjadi perbincangan adalah mengenai area “Blank 75”. Silahkan anda googling perihal ini. Apa manfaatnya mencari tahu tragedi atau kecelakaan yang pernah terjadi di gunung yang hendak kita daki:

  1. Memberikan gambaran bagi kita mengenai potensi bahaya apa saja yang paling sering mengakibatkan kecelakaan di gunung tersebut. Dengan demikian kita akan lebih waspada.
  2. Dengan mengetahui tragedi yang pernah terjadi, akan membuat kita mempersiapkan peralatan-peralatan yang lebih memadai untuk menghadapi potensi risiko tersebut.

Sumber :

https://simplyindonesia.wordpress.com/2014/09/30/tips-mendaki-gunung-untuk-pemula/

http://viewindonesia.com/index.php/travel-destination/123-9-hal-yang-perlu-dicari-tahu-sebelum-mendaki-gunung